Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kota Tasikmalaya, Ukim Sumantri, menyatakan penanganan sampah di kota ini bisa dikata lancar-lancar saja saat situasi normal, tak ada aktivitas yang membuat volume sampah meningkat tinggi. Kecuali pada kondisi tertentu.
Halnya pada kejadian setelah hari H Pemilu, pekan kedua Februari atau Kamis (15/2), terjadi peningkatan volume sampah, kemudian dalam momen bersamaan di lingkungan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir tengah dalam kekosongan pimpinan UPTD TPA Ciangir.
“Ya, kemungkinan dalam situasi itu ada kondisi monitoring yang kurang. Penyebab lainnya juga keberadaan alat berat yang beroperasi hanya satu unit, biasanya dua unit. Kondisi ini menjadikan gundukan sampah telat didorong dari landasan ke lokasi penampungan”, ujarnya.
Penurunan sampah dari truk-truk armada di landasan makin lama membuat jalan di sekitar TPA Ciangir menyempit. Otomatis menghambat laju penurunan sampah lainnya dalam antrean banyak. Akhirnya telat angkut dari TPS-TPS sementara.
Tumpukan-tumpukan sampah di landasan, beber Ukim, tak terelak. Kemudian kondisi sama saat adanya momentum-momentum meningkatnya aktivitas di masyarakat. Misal ada perayaan hari-hari besar seperti Lebaran.
Kejadian ini lantaran tak seimbang dengan armada atau sarana yang ada. Lalu, kesiapan alat berat yang berfungsi memindahkan gunungan sampah dari landasan, berupa unit loader dan backhoe di lokasi TPA. Hanya satu unit yang jalan dari semula empat unit.
Ukim menyiratkan pengadaan sarana ini belum bisa terpenuhi berkaitan dengan keterbatasan APBD. Opsi pengadaan dalam upaya meminta bantu ke pemprov atau pusat, dan hal ini terus diupayakan.
Upaya penanganan sampah ini pada kondisi tertentu, imbuh Ukim, hingga dalam pilihan para petugasnya melakukan lembur sampai malam hari. Malah pola lembur jadi pilihan efek terus bermunculan atau bertambahnya TPS-TPS liar.
Oprasional armada sarana penanganan sampah di Kota Tasik ada 29 unit dump truk, 11 truk amrol, 26 unit motor roda tiga. Produksi sampah yang ditangani dalam setiap hari mencapai 323 ton. Dengan jumlah armada yang masih terbatas itu membuat sebagian tersisa di TPS. gus
Halnya pada kejadian setelah hari H Pemilu, pekan kedua Februari atau Kamis (15/2), terjadi peningkatan volume sampah, kemudian dalam momen bersamaan di lingkungan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir tengah dalam kekosongan pimpinan UPTD TPA Ciangir.
“Ya, kemungkinan dalam situasi itu ada kondisi monitoring yang kurang. Penyebab lainnya juga keberadaan alat berat yang beroperasi hanya satu unit, biasanya dua unit. Kondisi ini menjadikan gundukan sampah telat didorong dari landasan ke lokasi penampungan”, ujarnya.
Penurunan sampah dari truk-truk armada di landasan makin lama membuat jalan di sekitar TPA Ciangir menyempit. Otomatis menghambat laju penurunan sampah lainnya dalam antrean banyak. Akhirnya telat angkut dari TPS-TPS sementara.
Tumpukan-tumpukan sampah di landasan, beber Ukim, tak terelak. Kemudian kondisi sama saat adanya momentum-momentum meningkatnya aktivitas di masyarakat. Misal ada perayaan hari-hari besar seperti Lebaran.
Kejadian ini lantaran tak seimbang dengan armada atau sarana yang ada. Lalu, kesiapan alat berat yang berfungsi memindahkan gunungan sampah dari landasan, berupa unit loader dan backhoe di lokasi TPA. Hanya satu unit yang jalan dari semula empat unit.
Ukim menyiratkan pengadaan sarana ini belum bisa terpenuhi berkaitan dengan keterbatasan APBD. Opsi pengadaan dalam upaya meminta bantu ke pemprov atau pusat, dan hal ini terus diupayakan.
Upaya penanganan sampah ini pada kondisi tertentu, imbuh Ukim, hingga dalam pilihan para petugasnya melakukan lembur sampai malam hari. Malah pola lembur jadi pilihan efek terus bermunculan atau bertambahnya TPS-TPS liar.
Oprasional armada sarana penanganan sampah di Kota Tasik ada 29 unit dump truk, 11 truk amrol, 26 unit motor roda tiga. Produksi sampah yang ditangani dalam setiap hari mencapai 323 ton. Dengan jumlah armada yang masih terbatas itu membuat sebagian tersisa di TPS. gus
0 Komentar