Terlihat Kaku dan Monoton, KPU Kota Tasikmalaya Gelar Debat Publik Pertama Pilkada

Para paslon di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024, mengikuti sesi debat publik yang diisi paparan visi-misi, Sabtu (2/11). Lalu, diteruskan sesi pendalaman materi melibatkan beberapa panelis.

Tasikplus.com-Empat pasangan calon (paslon) dalam Pilkada Kota Tasikmalaya 2024, mengikuti sesi Debat Publik Calon Wali Kota (Cawalkot) dan Wakil Wali Kota (Cawawalkot) Tasikmalaya. Berlangsung Sabtu (2/11) malam, di ball room Grand Metro Hotel Tasikmalaya.


Dalam fasilitasi KPU Kota Tasikmalaya, menggunakan tempat yang wah, megah, tema debat paslon yang pertama ini "Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat dan Memajukan Daerah melalui Pembangunan Berkelanjutan".

Hadir keempat pasangan sesuai nomor urut masing-masing, paslon nomor 1; Nurhayati-Muslim, nomor 2; Ivan-Dede, nomor 3; Yusuf-Hendro, nomor 4; Viman-Dicky, paslon bernomor urut 5; Yanto-Amin.

Selain dihadiri kelompok undangan kalangan unsur pimpinan daerah, tokoh atau pemuka masyarakat, organisasi kemasyarakatan, tentunya tiap kubu paslon disertai puluhan pendukung di kursi yang telah disediakan.

Setelah acara dibuka, sekitar pukul 20.00 WIB, para paslon memaparkan visi-misi dengan waktu yang dibatasi kurang lebih 2 menit. Beberapa panelis dalam debat melibatkan akademisi dari sejumlah perguruan tinggi seperti asal Unpad, UIN, Unsil, INI NU Tasikmalaya.

Pada sesi pendalaman visi-misi dengan pola ambil pertanyaan tertutup dalam amplop oleh panelis, berbagai hal mengemuka seperti aspek perekonomian daerah, pertanian, pemberdayaan perempuan, supporting gen Z, dll.

Dijawab para paslon cawalkot- cawawalkot dalam pemahaman, pengetahuan serta strategi mereka mengacu visi yang diangkat. Sepanjang sesi pendalaman ini kerap para pendukung menyoraki paslon lawan yang kepleset bicara atau memberi aplaus pada paslon kawan.

Yang tak bisa dielak dari tahap demi tahap bergantian tiap paslon mengisi sesi-sesi debat, suasana pemandangan yang terlihat monoton. Bisa dipahami memang pelaksana debat berupaya mengatur tertib acara sampai nampak cukup protokoler. 

Namun, setingan-setingan itu membuat suasana tak terelak kaku selain monoton. Belum lagi kerapnya break (jeda) sesi yang membuat para paslon terdiam dalam suasana lampu redup, sebagian ngeloyor ke luar podium antara menuju toilet atau entah ke mana. red
 

0 Komentar