Tasikplus.com-Menampilkan sisi-sisi kisah potret sosial kehidupan masyarakat dan lingkungan. Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Siliwangi (Unsil), Sabtu (7/12), menggelar even Pameran Jurnalistik.
Menempati Auditorium Data Center Fakultas Teknik Kampus 2 Unsil. Sesi inti pameran menayangkan empat karya film dokumenter karya para mahasiswa semester VII itu selain foto-foto. Dihadiri ratusan pengunjung berbagai kalangan.
Dalam satu sesi, Rektor Unsil Nundang Busaeri, membuka dan memberi sambutan pada pameran. Tak berselang lama rehat selepas pembukaan, rangkaian kegiatan memasuki even utama, penayangan film.
Karya-karya kreatif dan inspiratif, mengungkap ragam cerita sosial hingga sorot tren budaya kekinian, tersuguh dalam empat film dokumenter, masing-masing berjudul, Suara dari TPA Ciangir, Budaya Autentik Sosial (Baso), Cermin Retak dalam Ikatan, Seni Alas Kaki.
Energi sorotan, di penayangan pertama saja selepas pemutaran Suara dari TPA Ciangir, rasa, pikiran, emosi penonton sudah dibuat tersentuh bagaimana pengelolaan sampah yang masih memuat banyak persoalan.
Butuh kepedulian semua pihak, perlu edukasi masif urgensi penanganan sampah sejak hulu yang makin baik. Keteteran pemerintah di pengadaan sarana prasarananya. Di sisi lain, gunungan sampah beraroma penuh bau di TPA jadi buruan masyarakat yang butuh makan, namun terbatas akses pekerjaan.
Penonton hingga sesi akhir empat penayangan larut dalam suguhan yang membawa ragam rasa. Pada sesi dialog, sekalangan penonton memberi apresiasi, mengaku cukup menikmati, memberi motivasi, serta saran-masukan.
Rektor mengapresiasi
Pernyataan Rektor Nundang Busaeri, sangat mengapresiasi pameran. “Apresiasi saya terutama berkenaan ini kegiatan pameran yang pertama. Lantas, bukan hanya terwujud tapi dapat menghasilkan beberapa konten film dokumenter yang dapat direkonstruksi, dianalisa kembali”, jawabnya kepada Tasikplus.com, selepas pembukaan pameran.
Harapan rektor kemudian, pameran serupa itu akan jadi kegiatan yang terus tergelar secara terjadwal. Lalu, meminta para mahasiswa beserta dosen pembimbing dapat menyebarluaskan karya-karya film itu. "Saya pun ingatkan, jangan anti-kritik", pesannya.
Dosen pengampu yang sekaligus penanggung jawab kegiatan, Fikri Hakim, menerangkan pameran dengan mengangkat topik realitas di balik lensa ini adalah kegiatan akhir mahasiswanya pada mata kuliah manajemen penerbitan produk.
Film-film dokumenter yang dibuat, memotret fenomena sosial-budaya yang terjadi di masyarakat dan menyampaikannya lagi pada masyarakat, dalam ekspektasi untuk yang belum tahu menjadi tahu dan makin tahu.
Selain topik kondisi TPA Sampah Ciangir halnya tema lain tayangan, “Bakso” yang kini tengah jadi tren di Kota Tasik. Lalu, di film ketiga tentang fenomena sosial berkaitan tren pernikahan dini. Sesuai pengamatan, penelitian, baik di Kabupaten atau Kota Tasik, kata Fikri, angkanya masih tinggi dibanding daerah lain.
Senada dengan rektor, harapan Fikri dan mahasiswanya melalui pameran dan sarana lain karya-karya itu, bisa terpublikasikan luas. Mahasiswanya mengundang datang pada pameran, mulai kalangan guru, dinas terkait di lingkup pemda, alumni, mahasiswa dan umum.
“Alhamdulillah, kita bersyukur, sepanjang proses pembuatan karya-karya ini, berbagai pihak yang didatangi dan yang kita undang ke pameran cukup memberi dukungan”, tambahnya. gus
0 Komentar